PPMIMesir.org, Kairo – Sabtu (28/3) PPMI Mesir mengakhiri pengurusan
izin tinggal (visa) kolektif untuk mahasiswa al-Azhar Kairo. Sebanyak 365
paspor telah dirampungkan; 118 takdim (pengajuan) dan 247 taslim
(pengambilan).
Program yang disebut sebagai ISTIKOMA (Izin Tinggal Kolektif
Mahasiswa) ini sangat dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa. Mereka tidak lagi harus
antri di kantor imigrasi (jawazat), tapi mengumpulkan paspornya di
kantor Konsuler KBRI, dan setelah selesai pengurusannya diambil di kantor PPMI.
Tentang ISTIKOMA yang dimulai 15 November 2014 ini, Presiden
PPMI Agususanto mengatakan harus sabar dalam menghadapi birokrasi di imigrasi Mesir.
“Tahun ini masa penantian visa semakin panjang, harus 4 minggu minimalnya,”
kata Agus yang setiap Sabtu dan Senin ke kantor imigrasi.
Senada dengan Agususanto, Wapres PPMI Ahmad Hujaj Nurrohim
mengatakan seringkali berkas tidak ditemukan, sebab tercecer atau tercampur
dengan berkas negara lain. “Aneh memang, seringkali berkas kawan-kawan
tercampur dengan warga Malaysia, atau bahkan dengan Afrika,” kata Hujaj yang
selalu bergantian dengan Agus untuk urusan ini.
Meski harus bersusah payah, Bahtiar Syafei yang selalu
mendampingi Agususanto maupun Hujaj mengatakan sangat bahagia ketika paspor
kawan-kawan Masisir bisa diselesaikan. “Capeknya hilang, ketika paspor sudah
selesai di tangan. Bahagia bisa membantu kawan-kawan, sehingga tidak perlu
antri dan fokus belajar,” kata Sekretaris II PPMI Mesir ini.
Sejarah dan Perkembangan ISTIKOMA
Sejak dulu pengurusan izin tinggal di Mesir sangat rumit dan
menjengkelkan. Karena prosesnya yang kurang tertib, warga asing harus antri
sejak pukul 2.00 dini hari di kantor imigrasi, padahal loket baru buka pukul
09.00 pagi. Para mahasiswa mengadu kepada PPMI dan KBRI. Saat itu datang Dubes
baru, yakni Nurfaizi Suwandi, beliau menyampaikan keluhan mahasiswa kepada
Grand Syekh Al-Azhar Ahmad Thayyib. Dubes membawa foto antrian panjang yang
mengular itu ke Masyikhah, sebagai bukti kesusahan mahasiswa.
“Baik, akan segera saya hubungi Menteri Dalam Negeri,” Kata
Grand Syekh al-Azhar. Dan setelah itu, KBRI berkunjung ke kantor imigrasi untuk
lobi pengadaan program visa kolektif. Berhasil sejak tahun 2012.
Sebagai pelaksana program dahsyat tersebut, Delfa Hariadi
selaku Wapres PPMI 2012-2013 bersemangat membantu Masisir, bekerja tanpa henti
jaga di konsuler untuk pengumpulan dan perapian berkas sebelum diserahkan ke konsuler. Setelah berakhir masa jabatannya, ISTIKOMA
dilanjutkan oleh Ali Muzajjad, salah seorang menteri Amrizal Batubara Presiden
PPMI 2013-2014.
Di awal pelaksanaannya, Masisir mengumpulkan paspornya di
kekeluargaan masing-masing, kemudian oleh ketuanya disampaikan ke PPMI. Dari
PPMI paspor dan berkasnya dibawa ke konsuler. Baru setelah memenuhi kuota 50,
paspor tersebut dibawa oleh petugas konsuler untuk dirampungkan di kantor imigrasi.
Pada periode selanjutnya, ISTIKOMA dibuat lebih simple;
paspor dikumpulkan di kekeluargaan masing-masing, kemudian dibawa ke konsuler
tanpa harus dikumpulkan di PPMI terlebih dahulu. Baik periode pertama maupun
kedua, petugas dari PPMI harus standby di konsuler pada hari yang telah
ditentukan.
Pada masa kepemimpinan Agus-Hujaj, ISITIKOMA dilaksanakan
oleh semua elemen Masisir, dan terbukti lebih efektif. Paspor langsung dibawa
ke kantor konsuler setiap hari Kamis, dan di sana ketua-ketua kekeluargaan
bergantian jaga. Setelah terkumpul, hari itu juga PPMI mengambil paspor untuk
kemudian dieksekusi pada hari Sabtu dan senin langsung oleh Presiden atau wakilnya tanpa harus menunggu kesiapan petugas dari konsuler untuk mengantarkannya. Dengan demikian, paspor cepat selesai,
semua ketua kekeluargaan sama-sama bekerja, dan Masisir segera nyaman
mendapatkan izin tinggalnya.
Agususanto berharap, program ISTIKOMA ini berlangsung
sepanjang zaman. “Semoga PPMI selanjutnya dapat melanjutkan sunnah hasanan ini,
sehingga Masisir bisa merasakan langsung pengabdian PPMI,” kata Agus.
0 Comments