Suara PPMI,
Kairo- Dalam wawancaranya pada Kamis (11/5), Ikhwan Hakim Rangkuti, Wakil
Presiden PPMI Mesir menyatakan bahwa kuota Tenaga Musiman (TEMUS) haji untuk
Timur-Tengah yang akan diambil pada tahun ini resmi dipotong menjadi 85. Meski
telah berjuang hingga masuk meja sidang komisi VIII DPR RI, kebijakan ini tetap
berlaku dengan adanya beberapa pertimbangan. Menurut wapres kebijakan ini
ditetapkan karena
dua pertimbangan.
Pertama,
terjadinya ketimpangan rasio antara kuota jamaah haji dan kuota petugas haji.
Tahun ini penambaan kuota petugas haji sebanyak 250, dari 3.250 menjadi 3.500.
sedangkan penambahan kuota jamaah haji sebesar 52.200, dari 168.800 menjadi
221.000. Rasionya timpang.
Jumlah jama'ah haji Indonesia sebelum ada renovasi Masjidil Haram sebanyak 211.000. Kemudian setelah ada renovasi dikurangi 20% menjadi 168.800. Tahun ini dinormalkan dan jumlahnya kembali menjadi 211.000. Kemudian pada saat kunjungan Raja Salman ke Indonesia menambahkan 10.000 jama'ah lagi menjadi 221.000 jama'ah. Sehingga total jama'ah pada tahun 2017 menjadi 221.000.
Jumlah jama'ah haji Indonesia sebelum ada renovasi Masjidil Haram sebanyak 211.000. Kemudian setelah ada renovasi dikurangi 20% menjadi 168.800. Tahun ini dinormalkan dan jumlahnya kembali menjadi 211.000. Kemudian pada saat kunjungan Raja Salman ke Indonesia menambahkan 10.000 jama'ah lagi menjadi 221.000 jama'ah. Sehingga total jama'ah pada tahun 2017 menjadi 221.000.
Sedangkan kuota petugas haji itu
murni dan mutlak pemberian dari Arab Saudi. Pemerintah hanya melakukan upaya lobi
dan pendekatan serta usulan terkait kebutuhan. Sebenarnya kita butuh lebih
banyak dari itu. Bahkan menurut pak mentri , yang diajukan oleh Indonesia
sebanyak 4.000 petugas. Kantor Urusan Haji (KUH) pun butuh lebih dari itu,
yaitu sebanyak 4.250.
Kedua, jika kuota jamaah bertambah,
maka kloter keberengkatan pun bertambah. Dari yang sebelumnya 300 kloter
menjadi 500. Sedangkan setiap kloter membutuhkan minimal lima petugas
pendamping yang terdiri dari pemimpin kloter, pembimbing jamaah yang
mengedukasi dan membimbing, dan kelompok medis yang terdiri dari satu dokter
dan dua perawat. Jadi total keseluruhannya adalah 500 dikali lima menjadi 2.500
petugas pendamping kloter. Dan dari total 3.500 petugas, maka yang akan tersisa
adalah 1.000. lalu dikurangi 85 kuota mahasiswa, tersisa 915 kuota untuk
petugas non-kloter yang terdiri dari TNI, pengawas, pak Mentri, para staf
kementrian agama, dan lainnya. Maka kuota tersebut haruslah dipotong.
Bahkan menurut pak mentri, yang
dipotong bukan hanya kuota mahasiswa tapi juga kuota petugas kloter dan
non-kloter di Jakarta. Dan untuk menambalnya kekurangan kuota, pemerintah
memperbanyak kuota temus mukimin dari 500 menjadi 700 dengan sebab tidak
butuhnya mereka pada visa petugas.
Menurut wapres, dalam hal ini tidak
ada yang bisa kita salahkan. Meski telah mendapat respon yang baik saat dimeja
sidang komis VIII DPR RI, namun apalah daya para mahasiswa. Karena tindakan ini
seharusnya diambil sejak jauh-jauh hari sebelum masa sidang, agar dapat
dipertimbangkan oleh semua pihak. Dan ini menjadi pelajaran yang berharga bagi
semua pihak mahasiswa
Wapres sangat berharap ditahun yang
akan datang, ini semua bisa kembali normal dan berjalan dengan lancar. “Harapan
kita semua, ini semua bisa kembali normal. Karena ini harga mati bagi kita”,
tutup wapres PPMI tersebut.
0 Comments