Atase
Pendidikan KBRI Kairo, Dr. Usman Syihab mengundang PPMI Mesir, ketua-ketua
kekeluargaan beserta maba penghuni asrama untuk melakukan silaturahim pada
Ahad, 12 November 2017. Acara ini diadakan di aula salah satu gedung asrama.
Acara yang
dimulai setelah isya ini dimulai dengan penyampaian hal-hal yang sudah
dilakukan oleh pihak KBRI, khususnya atase pendidikan terkait kemaslahatan
mahasiswa baru yang tinggal di asrama. Dimulai dari komunikasi yang dilakukan
dengan pihak al-Azhar, juga komunikasi khusus langsung kepada pegawai asrama.
Acara menjadi
agak alot saat Atdik KBRI Kairo meminta perwakilan masing-masing kekeluargaan
untuk mengumpulkan anggotanya yang ingin keluar, agar segala alasan mereka terkumpul
dengan rapi. Hal ini disebabkan perwakilan kekeluargaan dan PPMI merasa
pendataan maba yang ingin keluar tidak akan efektif jika dilakukan malam itu
juga.
“Mendengarkan
secara langsung ataupun melalui ketua kekeluargaan itu sama saja. Mengumpulkan aspirasi melalui ketua kekeluargaan malah akan
membuat urusan berbelit-belit dan membuang banyak waktu dan tenaga,” ujar Tirmizi Tahir, ketua
BPA PPMI Mesir.
“Keputusan
maba untuk keluar pun juga harus mempertimbangkan pengetahuan maba terhadap
tempat dimana mereka akan tinggal setelah keluar asrama. Husen-kah, Asyir-kah. Hal
ini mencakup lingkungan serta kemungkinan kegiatan yang dapat mereka lakukan di
tempat tinggal yang baru. Sehingga pasti membutuhkan waktu setidaknya dua hari,” ujar sekretaris KMM Mesir, Wahyudi Nurman.
Diskusi alot
itu pun berakhir dengan diadakannya perkumpulan mini antara ketua kekeluargaan
dengan anggotanya. Ketua kekeluargaan pun mencatat poin-poin penting dari
mabanya yang ingin keluar. Di waktu yang sama, maba yang hendak tetap tinggal
di asrama menyampaikan aspirasi terkait kemaslahatan bagi mereka yang tetap
tinggal di asrama. Setelah hampir satu jam ketua-ketua kekeluargaan
mengumpulkan data serta alasan maba yang hendak keluar asrama, masing-masing
pun menyampaikannya dalam forum terbuka.
Setelah mendengar
penyampaian dari masing-masing perwakilan kekeluargaan, Atdik KBRI Kairo pun
menyampaikan usaha yang akan dilakukan oleh Atdik untuk menangani aspirasi
mahasiswa-mahasiswa baru yang hendak keluar tersebut, terutama mengenai
pencairan uang makan asrama yang telah dibayar sejak di Indonesia. Apalagi memang
banyak maba yang menjadikan kesulitan ekonomi sebagai alasan untuk keluar dari
asrama.
Menjelang akhir
dari pertemuan, wakil presiden PPMI, Fakhry Emil Habib menyampaikan bahwa waktu perkumpulan antara
atdik dan mahasiswa yang sulit dicari ini seharusnya jangan disia-siakan dengan
kegiatan yang sebenarnya bisa dilakukan di luar forum, seperti pendataan
mahasiswa yang hendak keluar dan alasan mereka. Bahkan pendataan di luar forum
akan lebih maksimal sebab kenyataannya, tidak semua maba yang ingin keluar
berkesempatan hadir dalam dialog malam itu.
“Perkumpulan
seperti ini mestinya bisa lebih maksimal, sebab dialog saat Tea Time bulan
lalu juga membahas hal yang sama, namun eksekusinya malah terlambat, sehingga
dialog sebelumnya agak terasa sedikit sia-sia. Maka kami harapkan, perkumpulan
ini benar-benar dieksekusi secepatnya agar tidak sia-sia,” ujarnya.
Wapres PPMI
juga menambahkan, agar pertemuan terakhir ini tidak tersia-siakan, maka perlu
adanya deadline, batas waktu, kapan kira-kira aspirasi maba yang tinggal
di asrama ini dapat dicarikan penyelesaiannya. Sebab jika tidak ada batas
waktu, maka bisa-bisa hal-hal penting yang dikemukakan malah tidak
terrealisasikan nantinya.
Cecep
Taufiqurrahman, M.A., salah satu LS Atdik KBRI Kairo menjawab bahwa urusan
mahasiswa yang tidak ingin keluar asrama semestinya tidak dibahas di forum ini,
sebab forum ini khusus membahas mahasiswa yang ingin keluar dari asrama. “Insyaallah
nanti akan kita carikan waktu lagi untuk berdialog dengan maba yang tetap ingin
tinggal di asrama,” tambahnya.
Namun wapres
kembali menanggapi, bahwa urusan maba yang hendak pindah ataupun yang ingin
menetap di asrama itu sama pentingnya, malah maba yang ingin tetap di asrama
lah yang perlu mendapatkan perhatian berlebih. Sebab maba yang hendak keluar
telah jelas nasibnya, akan diuruskan oleh KBRI, terutama pencairan dana
konsumsi yang telah mereka bayar. Sedangkan hal-hal terkait maba di asrama
masih banyak yang belum terselesaikan.
“Apabila
memang perlu dibuat satu forum lagi, maka paling tidak sebelum itu kami meminta
tolong kepada bapak-bapak kami dari KBRI untuk merealisasikan
permintaan-permintaan kawan-kawan baru kita ini yang telah mereka sampaikan di Tea
Time bulan lalu. Yaitu kebolehan perwakilan dalam pengambilan makan siang
dan malam agar hak konsumsi adik-adik baru tidak terbuang, juga kebolehan untuk
membawa beberapa alat elektronik penting seperti water heater dan rice
cooker, serta penyediaan alat memasak di tiap lantai. Kami sadar bahwa mungkin hal ini tadi telah disampaikan oleh beberapa maba secara personal, namun kami ingin mendapatkan jawaban untuk bersama,” tambah mahasiswa
asal Ranah Minang tersebut.
Agus, Lc.,
salah seorang Pembina asrama menanggapi, bahwa perwakilan dalam mengambil
konsumsi telah berjalan di beberapa gedung. Sedangkan beberapa gedung lain akan
dijalankan. “Adapun penyediaan water heater, rice cooker, maupun kompor,
insyaallah itu telah kita anggarkan dan akan ditempatkan di masing-masing
lantai,” jelasnya.
Akhirnya
acara ditutup dengan penyampaian komitmen dari pihak Atdik KBRI Kairo untuk
memperjuangkan nasib maba yang ingin keluar dari asrama serta mengawal proses
pencairan dana konsumsi yang telah mereka bayar.
Tirmizi
Tahir, salah satu pimpinan BPA PPMI Mesir agak menyayangkan tidak maksimalnya
waktu yang digunakan dalam acara ini. “Mencari waktu dialog antara Atdik dan
masisir itu sulit. Dan pada malam ini, kesempatan dialog tersebut terpotong
lebih dari satu jam hanya untuk mendata mahasiswa yang ingin keluar. Padahal setelah
rapat malam ini, ketua-ketua kekeluargaan tetap akan melakukan pendataan ulang
untuk mendapatkan laporan yang lebih detail dan rapi,” ujarnya.
Ketua
Marhalah Zahera mengucapkan terima kasih, terutama kepada presiden, wakil
presiden PPMI serta senior-senior yang terus menjadi penyambung lidah mahasiswa baru kepada KBRI,
sehingga pertemuan malam ini bisa terlaksana. “Kami tidak tahu bagaimana nasib
kami di Mesir ini jika tidak ada senior-senior ini yang membantu kami,” terang
mahasiswa asal NTB tersebut.
0 Comments