KHUTBAH JUM'AT DI MASJID AL-AZHAR KAIRO
8 DZUL HIJJAH 1440 H/9 AGUSTUS 2019 M.
KHATIB: PROF. DR. ABDUL MUN'IM FUAD.
Hadirin Sidang Jum'at yang
dirahmati Allah!
Dalam al-Qur’an Surat al-Hajj ayat 27 yang
berbunyi:
وَأَذِّن فِي النَّاسِ
بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ
فَجٍّ عَمِيقٍ
Ayat ini mengabadikan kisah manakala Allah Sang Maha Raja
memerintahkan kepada nabi kekasih-Nya Ibrahim ‘alaihissalam setelah
menuntaskan proyek pembangunan Ka’bah: “Wahai Ibrahim, engkau setiap diberikan
suatu perintah selalu kau jalankan dengan sebaik mungkin dengan penuh cinta
dan keridaan. Maka kali ini Aku perintahkan kepadamu:
وَأَذِّن فِي النَّاسِ
بِالْحَجِّ
“Serukanlah kepada sekalian manusia agar
mereka datang ke Baitullah menunaikan Ibadah Haji!”
Ibrahim sebagai hamba yang selalu taat, seketika bingung mendengar
perintah ini. Dia mengklarifikasi perintah tersebut: “Ya Allah, kemana saya
akan menyerukan? Sedangkan saya berada di padang tandus yang tidak berpenghuni.
Kepada siapa saya akan berteriak? Apakah saya akan memanggil kaum yang tidak
saya lihat? Ya Tuhan, yang di sampingku hanya ada istriku dan putraku. Tiada
yang lain selain mereka berdua yang akan mendengarku.”
Allah Ta’ala menjawab: “Laksanakan sajaperintah ini sebisamu! Selebihnya serahkan urusan yang di luar batas kemampuanmu kepada
kekuasaan Dzat yang Maha Kuasa!”
Sidang Jum’at!
Apa tanggapan anda ketika mengamati dialog yang terjadi antara
Allah Ta’ala dan Nabi Ibrahim tersebut?
Tentu sudah menjadi hak Ibrahim untuk bertanya dan tidak ada yang
salah. Maka Allah dengan kemahakuasaan-Nya menjawab kebingungan tersebut.
أدِّ ما عليك يا إبراهيم
بقدرتك، واترك الباقي لقدرة الخالق.
“Tugasmu adalah menyerukan. Adapun
menyampaikan kepada sasaran, itu adalah tugas-Ku”
Lalu selanjutnya apa yang dilakukan Ibrahim? Dia pun mendaki dan berdiri di atas Gunung Abi Qubais, lalu menyeru dengan suara yang lantang: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untu berhaji ke rumah-Nya.”
Di atas gunung itu dia menyeru, sedang di hadapannya tiada satupun
yang mendengarkan. Tapi bagaimana hasilnya? Walhasil alam seluruhnya mendengar seruan
Ibrahim.
Apakah suara itu sampai terdengar ke setiap orang via alat komunikasi canggih, atau via telegram, atau Siaran televisi, ataukah melalui satelit?
Tidak! Tapi alam mendengar melalui sinyal keimanan.
Tentang kisah ini, Ibnu Abbas RA berkata: Ketika Ibrahim berseru “Wahai
sekalian manusia, berhajilah ke Baitullah yang tua. Tiba-tiba gunung semua merendah,
sedangkan dataran-dataran meninggi. Semua manusia yang masih di dalam rahim dan
belum terlahir mendengar seruan Ibrahim, dan merekapun serempak menjawab:
لبيك اللهم لبيك، لبيك لا
شريك لك لبيك، إن الحمد والنعمة لا شريك لك.
Tidak lama setelah Ibrahim menyeru. Lembah Mekkah yang tadinya kering nan sepi itu, tiba-tiba ramai didatangi gelombang manusia dari berbagi penjuru.
Seakan ada kekuatan magnetis yang diletakkan di hati para pengesa Allah.
Sehingga kita melihat orang-orang sejak masa Ibrahim, masa Nabi Muhammad hingga
masa kita sekarang, orang-orang selalu hatinya berada dalam pendambaan kepada
Baitullah dan selalu rindu untuk mengunjunginya.
Tanah yang dulunya tandus dan kering kerontang, Allah jadikan
sebagai tanah yang aman dan menentramkan.
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ
مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا
Kata matsabah dalam ayat di atas artinya
adalah kembali. Artinya, orang-orang yang pernah pergi ke Baitullah
selalu merasa ingin kembali dan rindu. Karena di sana ada âyâtun
bayyinât, yaitu Maqam Ibrahim.
Cita-Cita Ibrahim Mewujudkan Negeri yang Aman
Kendatipun dalam firman-Nya tersebut telah terkandung janji Allah
untuk menjamin keamanan negeri Mekkah, dan kendati Ibrahim yakin akan janji
Allah, tetapi dengan jiwa penuh cintanya kepada generasi setelahnya, ia
ingin keamanan ini benar-benar kekal bagi para penghuni Makkah. Maka dia
kembali berdoa sebagaimana dikisahkan dalam ayat:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا
Pertanyaannya, mengapa Ibrahim berdoa lagi seperti ini, padahal
Allah sebelumnya telah berjanji:
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ
مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا
Ini merupakan pesan bahwa: “Sekalipun kau berada dalam nikmat
besar yang panjang, tapi, ingat! Jangan pernah putus untuk berdoa agar Allah
tidak memutuskan nikmat-Nya untukmu.”
Perhatikan lagi, bagaimana Ibrahim mewujudkan keamanan untuk
negerinya? Sedangkan ia tidak punya pasukan militer dan tidak punya kelengkapan
persenjataan sebagai pertahanan?
Tapi Ibrahim punya senjata paling ampuh, satu kata saja,
yaitu “Ya Rabb” dalam doa-doanya. Perhatikanlah doa-doa
Ibrahim yang banyak diabadikan dalam Al-Qur’an.
رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا
الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ
الْأَصْنَامَ
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ
الدُّعَاءِ
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ
الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Semua redaksi doa Ibrahim adalah “Ya Rabb”.
Karena “Ya Rabb” inilah yang memberikan ketenangan, keamanan
dan jika “Ya Rabb” ini terdengar oleh-Nya maka tiada
satupun yang dapat menzalimimu.
اجعل بربك كل عزك يستقر
ويثبت فإن اعتززت بمن يموت فإن عزتك ميت
Maka ucapkanlah “Ya Rabb” ini untuk anak-anakmu, untuk kesehatanmu,
untuk keluargamu, untuk negerimu. Jadikan “Ya Rabb” ini sebagai senjata ampuh
dalam hidupmu.
Ketika Musa dan para pengikutnya sudah hampir terkejar oleh pasukan kuda Firaun yang
begitu cepat melesat, dan kaumnya semua mengeluh “Inna Lamudrâkun” (kita akan terkejar). Bagaimana
respon Musa? Apakah dia mengatakan, saya akan mencari perlindungan dengan rudal
milik Amerika? Tidak! Musa hanya berkata:
إن معي ربي سيهدين
"Ada Tuhanku bersamaku yang akan memberikan jalan."
Dengan serba kelemahan manusia di alam yang amat luas ini, jadikanlah Ya Rabb sebagai kunci kekuatanmu, maka Allah akan memenuhi panggilan itu“Labbaika Ya ‘Abdy”.
Dengan serba kelemahan manusia di alam yang amat luas ini, jadikanlah Ya Rabb sebagai kunci kekuatanmu, maka Allah akan memenuhi panggilan itu“Labbaika Ya ‘Abdy”.
Keutamaan Hari Arafah
Besok di hari Arafah, katakanlah “Ya Rabb”. Allah tidak menolak
doa para jamaah haji dan juga orang-orang yang merindukan haji.
إن خير يوم طلعت فيه
الشمس يوم عرفة
"Sebaik-baik hari yang diterbiti matahari adalah Hari Arafah."
Di Padang inilah dahulu Ibrahim mengutaskan doa dengan “Ya Rabb”.
Maka bersamailah Ibrahim, bersamailah para jamaah haji dengan puasamu,
bersamailah Ibrahim dengan bersama-sama mewujudkan keamanan di negerimu dan
keamanan untuk anak-anakmu. Jangan pernah di hari ini mengeluarkan kata-kata yang menjadi doa
buruk untuk anak-anakmu, keluargamu dan negerimu, bisa jadi ucapan itu
bertepatan dengan sa’atul ijabah.
Khutbah Kedua
Saat seruan Ibrahim disambut oleh alam. Ka’bah menjadi pusaran
jutaan manusia yang tidak pernah henti dikelilingi. Bahkan apabila diamati,
burung-burungpun ikut thawaf bersama orang-orang yang thawaf, tiada satupun
burung yang berputar melawan arah, bahkan tiada satupun merpati yang berani
melintas dalam diameter sejajar di atas Ka’bah. Siapa yang mengajarkan
burung-burung ini adab? Dialah Allah yang telah menjadikan negeri ini aman dan
tenteram.
Karena itu, nikmat keamanan ini merupakan nikmat terbesar yang
patut disyukuri. Namun di saat ini, kita sedang diuji dengan sekelompok yang
tidak menghargai nikmat keamanan dan kerukunan. Mereka yang tidak merenungi
pesan-pesan Rasulullah saat berkhutbah di atas Jabal Arafah.
Sekelompok yang berusaha membuat kegaduhan dan kekacauan, yang
mengira akan bisa menghancurkan Negeri Mesir ini sebagai negara yang sama
dengan Mekkah dalam jaminan keamanannya. Allah berfirman tentang keamanan Mekkah:
لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ
الْحَرَامَ إِنْ
شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ
Juga Mesir sebagaimana dikatakan Nabi Yusuf yang tersurat dalam
al-Quran:
ادْخُلُوا مِصرَ إِن شاءَ اللَّهُ
ءَامِنِينَ
Dulu Prancis pernah berusaha dengan berbagai cara untuk
menghancukan Mesir. Begitupun Inggris dalam masa pendudukan tentaranya yang
berkepanjangan di Mesir. Dulu ketika tentara Mongol yang bengis usai membungi-hanguskan Bagdad ingin melanjutkan misi penghacurannya ke Mesir, tetapi misi mereka gagal.
Begitupun dengan ambisi tentara Salib yang ingin merebut kekuasaan Mesir. Maka, jagalah ketenangan, wahai penduduk Mesir! Karena
negeri kalian ini negeri yang telah diamankan oleh Allah.
Nabi Ibrahim yang memohon keamanan untuk Mekkah pun pernah tiba di
Mesir, memakan rotinya dan mengambil Hajar seorang wanita asli Mesir yang
menggagas awal syari’at salah satu prosesi haji, yaitu sa’i antara shafa dan marwah. Begitupun dengan Nabi Isa dan Ibundanya pernah menginjakkan
kakinya di tanah ini. Pun dengan nabi-nabi yang lain.
Ingatlah di Hari Arafah yang sedang kita peringati inilah, Nabi
kita Shallallahu’alai wa sallam berdiri dan menyampaikan pesan-pesan
terakhirnya. Menyampaikan kepada seluruh alam, hahwa esensi Islam itu ialah
keamanan dan keselamatan melalui sabdanya:
إن دماءكم وأموالكم
وأعراضكم عليكم حرام كحرمة يومكم هذا وكحرمة شهركم هذا
Maka, mereka yang menuduh Islam sebagai agama terorisme, katakan
kepada mereka: “Justru Islamlah yang pertama kali menjadi korban terorisme. Carilah oknum
perusak itu, bukan Islamnya. Karena sesungguhnya Islam adalah agama kedamaian.”
----
(Muhammad Zainuddin Ruslan)
----
(Muhammad Zainuddin Ruslan)
2 Comments
Ntaaba
ReplyDeleteNtaaba
ReplyDelete