PPMI MESIR, Kairo— Bertempat di Rabithah Azhar, Distrik Tujuh, Kota Nasr, WAAG (World Asociation of Azhar Graduate) bekerja sama dengan PPMI mengadakan seminar umum yang ditujukan kepada
wafidin (mahasiswa asing) yang sedang belajar di Universitas al-Azhar pada hari Rabu (27/11).
Seminar yang bertajuk “Nilai Kerukunan
Berbangsa dalam pandangan Islam” tersebut dihadiri sekitar 80 peserta. Bukan jumlah
peserta yang sedikit, namun memang jumlah peserta dalam seminar tersebut
terbatas. Hal ini dikarenakan seminar tersebut dilaksanakan di dalam ruangan yang berkapasitas juga terbatas.
Pemateri tunggal yang dihadirkan adalah Dr.
Abdul Fattah Abdul Ghani al-Awwari yang menjabat sebagai Dekan Fakultas
Usuluddin al-Azhar hingga hari ini. Dalam seminar yang bertemakan nasionalisme
tersebut, Dr. Fattah mengawali materinya dengan mengingatkan kembali peran kita
sebagai mahasiswa rantau-an yang mengemban amanah sebagai
penuntut ilmu.
Dalam pembukaannya, Dr. Fattah mengungkap
bahwa terciptanya kita di dunia ini adalah nikmat yang luar biasa. Tak hanya sebatas
kenikmatan, namun kehadiran kita juga dituntut untuk menjadi manfaat bagi orang
yang ada di sekitar kita. Serta, tujuan yang paling krusial dari sebuah
penciptaan adalah peribadatan.
Kemudian dari pembahasan ibadah, Dr. Fattah
mulai mengarahkan pembahasan terkait kenegaraan. Tersebab ibadah yang kita
lakukan membutuhkan tempat yang bersih, aman, dan nyaman. Hal-hal itulah
yang mendukung kita agar ibadah kita terlaksana dengan sempurna. Oleh karena
itu, kita sangat butuh pada sebuah wilayah atau yang kita sebut negara atau tanah.
Dr. FattahTanah melanjutkan bahwa, tanah air adalah rumah
yang harus kita cintai. Bahkan untuk melihat keimanan seorang hamba, hendaknya
kita melihat kepada dirinya dan mulai mempertanyakan bagaimana ia meletakkan
tanah air di dalam hatinya?
Kiranya dua kali beliau menyebutkan bahwa
cinta tanah air merupakan bagian dari iman. Rasa nasionalisme beliau cukup
terasa ketika beliau mulai mengajak hadirin untuk merenungi akan sebuah harga
kebangsaan. Sebagai sebuah misal, beliau mengajak hadirin untuk kembali
bernostalgia ke zaman di mana Rasulullah dengan berat hati meninggalkan Makkah
untuk hijrah ke Madinah.
Dari kisah Rasulullah tersebut, Dr. Fattah
mengharapkan bahwa selayaknya kita memberikan hak kepada tanah air untuk
menempati ruang di hati kita. Tersebab dengan cara demikian, kita akan mampu
memahami makna kebangsaan, makna kehadiran kita sebagai manusia, serta sebagai
makhluk Allah Sang Maha Kuasa.
Selain itu, beliau juga beberapa kali
mengulang maklumat terkait diciptakannya manusia dengan berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku. Hal ini diharapkan mampu menancap pada hati kita bahwa tanah air
bukanlah milik sekelompok suku tertentu, bukan pula agama tertentu. Acara tersebut usai sebelum azan Ashar berkumandang.
Rep; Nusaibah
0 Comments